1.3.a.9. Koneksi Antar Materi (Inkuiri Apresiatif dengan
Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara)
Oleh : Suharianto
(201698291361)
Dibimbing:
Fasilitator : 31-YETTY FATRI DEWI
Pendamping
: 103-H. Aisyah Hasibuan
Appreciative
Inquiry (AI) adalah sebuah pendekatan baru yang dikembangkan oleh David
Cooperrider untuk membantu individu atau komunitas meraih dan mewujudkan
mimpi-mimpi mereka. Karena itu, jika kita bermimpi untuk mewujudkan Visi
sekolah yang baik, maka Appreciative Inquiry dapat menjadi salah satu
instrumen utama untuk itu. Karena paradigma Inkuiri apresiatif berbasis
kekuatan, yang dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif.
Pendekatan ini
berpijak pada asumsi bahwa selalu terdapat berbagai bakat, keahlian, cerita
sukses, dan sumber daya di dalam masyarakat yang dapat ditemukan dan
dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri. Pendekatan ini memandang manusia dan
komunitas sebagai sebuah kapasitas kekuatan yang dapat mewujudkan banyak hal.
Bahkan dapat mewujudkan hal-hal yang selama ini dianggap sebagai sesuatu
yang mustahil, atau hal-hal yang selama ini dianggap hanya sebuah mimpi. Jadi,
menurut pendekatan ini, komunitas sesungguhnya memiliki kapasitas untuk
menciptakan kondisi yang lebih baik dalam mencapai harapan bersama.
Apreciative Inquiry adalah sebuah metode
yang mentransformasikan kapasitas sistem manusia untuk perubahan yang positif
dengan menfokuskan pada pengalaman pribadi yang positif (misalkan
capaian-capaiaan prestasi) dan harapan-harapannya di masa depan.
Mengelola suatu
perubahan positif di sekolah tentu kita membutuhkan sebuah manajemen perubahan,
dimana menajemen ini dilakukan dengan tahapan BAGJA yang menggunakan paradigma
inkuiri apresiatif, yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang
berbasis kekuatan. Inkuiri apresiatif menggunakan prinsip psikologi positif dan
prinsip pendidikan positif
Inkuiri apresiatif adalah sebuah pendekatan kolaboratif untuk
mengetahui kondisi suatu organisasi atau komunitas dalam mengembangkan perilaku
suatu organisasi melalui pengajuan pertanyaan yang tersusun dalam tahapan BAGJA
dan dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif. Lima tahapan utama
yang dijalankan dalam akronim BAGJA tersebut adalah :
a. Buat Pertanyaan : Buat beberapa pertanyaan mengenai
harapan ideal yang dimiliki oleh siswa, kemudian pilih satu sesuai prioritas
dan kebutuhan yang akan menentukan arah investivigasi kekuatan/potensi/peluang.
b.
Ambil Pelajaran :
Memandu pengalaman positif individu dan kelompok, lalu ambil pelajaran, untuk menemukenali kekuatan/potensi/peluang
lewat investivigasi.
c. Gali Mimpi : merumuskan mimpi / harapan sekolah
berdasarkan pengalaman positif dengan keterlibatan berbagai pihak
d. Jabarkan rencana : menyusun langkah-langkah rencana untuk
mencapai mimpi atau mengidentifikasi tindakan kongkret yang diperlukan untuk
menjalankan langkah-langkah kecil sederhana yang dilakukan segera, dan
terobosan yang akan memudahkan keseluruan pencapaian.
e. Atur Eksekusi : mengatur dan menentukan pihak yang
terlibat dalam penerapan rencana apresiatif di sekolah tentang siapa
yang berperan atau dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
Lalu kemudian apa kaitannya Ingkuiri
apresiatif dengan konsep pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah daya-upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek) dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan
dengan dunianya. Pendidikan itu membentuk manusia yang berbudi pekerti,
berpikiran (pintar, cerdas) dan bertubuh sehat.
Mendidik adalah menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Dan Pendidikan harus memperhatikan budaya local yang telah ada.
Peserta didik : adalah manusia yang
mempunyai kodratnya sendiri dan juga kebebasan dalam menentukan hidupnya. Pandangan Ki Hajar tentang siswa yang
tidak mengekang kebebasan siswa dalam mengembangkan potensinya dan membiarkan
siswa belajar dari pengalaman yang
dialaminya sendiri
Dalam konteks penalaran atas konsep pendidikan
Ki Hadjar Dewantara di atas, pendidikan adalah upaya pemanusiaan manusia secara
manusiawi secara utuh dan penuh ke arah kemerdekaan lahiriah dan batiniah. Maka
pendidikan harus bersentuhan dengan upaya-upaya konkret berupa pengajaran dan
pendidikan. Menurut Ki Hadjar Dewantara pengajaran adalah upaya memerdekakan
aspek badaniah manusia (hidup lahirnya). Ki Hadjar Dewantara mengajukan lima
asas pendidikan yang dikenal dengan sebutan pancadharma (kodrat alam,
kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan).
Pertama, asas kodrat alam. Asas ini mengandung arti bahwa hakikat manusia adalah bagian dari
alam semesta. Asas ini juga menegaskan bahwa setiap pribadi peserta didik di
satu sisi tunduk pada hukum alam, tapi di sisi lain dikaruniai akal budi yang
potensial baginya untuk mengelola kehidupannya. Berdasarkan konsep asas kodrat
alam ini, Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa pelaksanaan pendidikan
berasaskan akal-pikiran manusia yang berkembang dan dapat dikembangkan. Secara
kodrati, akal-pikiran manusia itu dapat berkembang. Namun, sesuai dengan kodrat
alam juga akal pikiran manusia itu dapat dikembangkan melalui perencanaan yang
disengaja sedemikian rupa sistematik. Pengembangan kemampuan berpikir manusia
secara disengaja itulah yang dipahami dan dimengerti sebagai “pendidikan”.
Sesuai dengan kodrat alam, pendidikan adalah tindakan yang disengaja dan
direncanakan dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik yang dibawa sejak
lahir.
Kedua, asas kemerdekaan. Asas ini mengandung arti bahwa kehidupan hendaknya sarat dengan
kebahagiaan dan kedamaian. Dalam khasanah pemikiran Ki Hadjar Dewantara asas
kemerdekaan berkaitan dengan upaya membentuk peserta didik menjadi pribadi yang
memiliki kebebasan yang bertanggungjawab sehingga menciptakan keselarasan
dengan masyarakat. Asas ini bersandar pada keyakinan bahwa setiap manusia
memiliki potensi sebagai andalan dasar untuk menggapai kebebasan yang mengarah
kepada “kemerdekaan”.
Ketiga, asas kebudayaan. Asas ini bersandar pada keyakinan kodrati bahwa manusia adalah
makhluk berbudaya. Artinya, manusia mengalami dinamika evolutif dalam khasanah
pembentukan diri menjadi pribadi yang berbudi pekerti.
Keempat, asas kebangsaan.Asas kebangsaan merupakan ajaran Ki Hadjar Dewantara yang amat
fundamental sebagai bagian dari wawasan kemanusiaan. Asas ini hendak menegaskan
bahwa seseorang harus merasa satu dengan bangsanya dan di dalam rasa kesatuan
tersebut tidak boleh bertentangan dengan rasa kemanusiaan.
Kelima, asas kemanusiaan. Asas ini hendak menegaskan pentingnya persahabatan dengan
bangsa-bangsa lain. Manusia hendaknya menampilkan diri sebagai makhluk
bermartabat luhur dan berdasarkan kesadaran itu pula ia berani menjalin dan
memperlakukan sesama manusia dari bangsa mana pun dalam rasa cinta kasih yang
mendalam.
Lalu apa kesamaan buah pikiran Ki Hadjar Dewantara dengan paradigm inkuri
apresiatif?
Ada banyak kesamaan buah pikiran Ki Hadjar Dewantara dengan paradigma
inkuri apresiatif, diantaranya:
1.
Inkuri
Apresiatif menggunakan pendekatan kolaboratif berbasis kekuatan, dengan menggunakan prinsip-prinsip utama
psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap
orang memiliki aset/inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada
keberhasilan. Dan Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa
setiap anak akan hidup dan tumbuh dan berkembang aset/bakat dan minat
positifnya yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, dan pendidik hanya
dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.
2. Tujuan dari paradigma dari Inkuri
Apresiatif adalah untuk mencapai kebahagian bersama, dan tujuan pendidikan
menurut Ki Hadjar Dewantara adalah juga bertujuan untuk mencapai kemerdekaan
dan kebahagian.
Dan
Bagaimana inkuiri apresiatif dapat mencapai visi guru penggerak?, Tentunya
dengan menggunakan pendekatan kolaboratif bersama semua unsur warga sekolah dan
pihak-pihak yang berkepentingan untuk melakukan perubahan bersama yang berbasis
kekuatan atau aset potensi yang dimiliki unsur-unsur dalam sebuah unit
organinasai untuk mencapai visi atau harapan bersama, dengan tahapan-tahapan “BAGJA”
(Buat Pertanyaan, Ambil
Pelajaran, Gali
Mimpi, Jabarkan rencana, Atur Eksekusi)
Langkah-langkah kongkrit yang bisa kita lakukan dalam menerapkan
BAGJA yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif adalah:
·
Menyusun rencana
perubahan
·
Memahami kekuatan
yang ada di sekolah, sebagai dasar untuk melakukan perubahan positif
·
Mengevaluasi hal-hal
positif yang ada di sekolah
·
Berkolaborasi dengan
stakeholders dan rekan sejawat
·
Dukungan dan
motivasi dari seluruh stakeholders
·
Pendekatan psikologi
positif.
Dari semua langkah yang kita susun kita harus mengupayakan agar
kelemahan suatu sistem dalam organisasi menjadi tidak relevan, karena semua
aspek dalam organisasi fokus pada penyelarasan kekuatan, dengan satu tujuan
yaitu mengatasi kelemahan
,
Daftar Pustaka
https://media.neliti.com/media/publications/12663-ID-konsep-pendidikan-ki-hadjar-dewantara-dan-tantangan-tantangan-implementasinya-di.pdf.
https://www.kompasiana.com/nenanurkaenah4323/5fb68b8dd541df51fd04a452/bagja-dan-paradigma-inkuiri-apresiatif?page=all
Tidak ada komentar:
Posting Komentar