Rabu, 25 November 2020

Koneksi Antar Materi (Inkuiri Apresiatif dengan Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara


1.3.a.9. Koneksi Antar Materi (Inkuiri Apresiatif dengan Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara)

Oleh : Suharianto (201698291361)

Dibimbing: Fasilitator      : 31-YETTY FATRI DEWI

Pendamping : 103-H. Aisyah Hasibuan

 

Appreciative Inquiry (AI) adalah sebuah pendekatan baru yang dikembangkan oleh David Cooperrider untuk membantu individu atau komunitas meraih dan mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Karena itu, jika kita bermimpi untuk mewujudkan Visi sekolah yang baik, maka Appreciative Inquiry dapat menjadi salah satu instrumen utama untuk itu. Karena paradigma Inkuiri apresiatif berbasis kekuatan, yang dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif.

Pendekatan ini berpijak pada asumsi bahwa selalu terdapat berbagai bakat, keahlian, cerita sukses, dan sumber daya di dalam masyarakat yang dapat ditemukan dan dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri. Pendekatan ini memandang manusia dan komunitas sebagai sebuah kapasitas kekuatan yang dapat mewujudkan banyak hal.  Bahkan dapat mewujudkan hal-hal yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang mustahil, atau hal-hal yang selama ini dianggap hanya sebuah mimpi. Jadi, menurut pendekatan ini, komunitas sesungguhnya memiliki kapasitas untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dalam mencapai harapan bersama.

Apreciative Inquiry adalah sebuah metode yang mentransformasikan kapasitas sistem manusia untuk perubahan yang positif dengan menfokuskan pada pengalaman pribadi yang positif (misalkan capaian-capaiaan prestasi) dan harapan-harapannya di masa depan.

 Mengelola suatu perubahan positif di sekolah tentu kita membutuhkan sebuah manajemen perubahan, dimana menajemen ini dilakukan dengan tahapan BAGJA yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif, yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis kekuatan. Inkuiri apresiatif menggunakan prinsip psikologi positif dan prinsip pendidikan positif

Inkuiri apresiatif adalah sebuah pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi suatu organisasi atau komunitas dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi melalui pengajuan pertanyaan yang tersusun dalam tahapan BAGJA dan dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif. Lima tahapan utama yang dijalankan dalam akronim BAGJA tersebut adalah :

a.    Buat Pertanyaan : Buat beberapa pertanyaan mengenai harapan ideal yang dimiliki oleh siswa, kemudian pilih satu sesuai prioritas dan kebutuhan yang akan menentukan arah investivigasi kekuatan/potensi/peluang.

b.    Ambil Pelajaran : Memandu pengalaman positif individu dan kelompok,  lalu ambil pelajaran, untuk menemukenali kekuatan/potensi/peluang lewat investivigasi.

c.    Gali Mimpi : merumuskan mimpi / harapan sekolah berdasarkan pengalaman positif dengan keterlibatan berbagai pihak

d.    Jabarkan rencana : menyusun langkah-langkah rencana untuk mencapai mimpi atau mengidentifikasi tindakan kongkret yang diperlukan untuk menjalankan langkah-langkah kecil sederhana yang dilakukan segera, dan terobosan yang akan memudahkan keseluruan pencapaian.

e.    Atur Eksekusi : mengatur dan menentukan pihak yang terlibat dalam penerapan rencana apresiatif di sekolah tentang siapa yang berperan atau dilibatkan dalam pengambilan keputusan.   

Lalu kemudian apa kaitannya Ingkuiri apresiatif dengan konsep pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan  menurut Ki Hadjar Dewantara adalah daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya. Pendidikan itu membentuk manusia yang berbudi pekerti, berpikiran (pintar, cerdas) dan bertubuh sehat.

Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dan Pendidikan harus memperhatikan budaya local yang telah ada.

Peserta didik : adalah manusia yang mempunyai kodratnya sendiri dan juga kebebasan dalam menentukan hidupnya. Pandangan Ki Hajar tentang siswa yang tidak mengekang kebebasan siswa dalam mengembangkan potensinya dan membiarkan siswa belajar dari pengalaman yang dialaminya sendiri

 

Dalam konteks penalaran atas konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara di atas, pendidikan adalah upaya pemanusiaan manusia secara manusiawi secara utuh dan penuh ke arah kemerdekaan lahiriah dan batiniah. Maka pendidikan harus bersentuhan dengan upaya-upaya konkret berupa pengajaran dan pendidikan. Menurut Ki Hadjar Dewantara pengajaran adalah upaya memerdekakan aspek badaniah manusia (hidup lahirnya). Ki Hadjar Dewantara mengajukan lima asas pendidikan yang dikenal dengan sebutan pancadharma (kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan).

Pertama, asas kodrat alam. Asas ini mengandung arti bahwa hakikat manusia adalah bagian dari alam semesta. Asas ini juga menegaskan bahwa setiap pribadi peserta didik di satu sisi tunduk pada hukum alam, tapi di sisi lain dikaruniai akal budi yang potensial baginya untuk mengelola kehidupannya. Berdasarkan konsep asas kodrat alam ini, Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa pelaksanaan pendidikan berasaskan akal-pikiran manusia yang berkembang dan dapat dikembangkan. Secara kodrati, akal-pikiran manusia itu dapat berkembang. Namun, sesuai dengan kodrat alam juga akal pikiran manusia itu dapat dikembangkan melalui perencanaan yang disengaja sedemikian rupa sistematik. Pengembangan kemampuan berpikir manusia secara disengaja itulah yang dipahami dan dimengerti sebagai “pendidikan”. Sesuai dengan kodrat alam, pendidikan adalah tindakan yang disengaja dan direncanakan dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik yang dibawa sejak lahir.

Kedua, asas kemerdekaan. Asas ini mengandung arti bahwa kehidupan hendaknya sarat dengan kebahagiaan dan kedamaian. Dalam khasanah pemikiran Ki Hadjar Dewantara asas kemerdekaan berkaitan dengan upaya membentuk peserta didik menjadi pribadi yang memiliki kebebasan yang bertanggungjawab sehingga menciptakan keselarasan dengan masyarakat. Asas ini bersandar pada keyakinan bahwa setiap manusia memiliki potensi sebagai andalan dasar untuk menggapai kebebasan yang mengarah kepada “kemerdekaan”.

Ketiga, asas kebudayaan. Asas ini bersandar pada keyakinan kodrati bahwa manusia adalah makhluk berbudaya. Artinya, manusia mengalami dinamika evolutif dalam khasanah pembentukan diri menjadi pribadi yang berbudi pekerti.

Keempat, asas kebangsaan.Asas kebangsaan merupakan ajaran Ki Hadjar Dewantara yang amat fundamental sebagai bagian dari wawasan kemanusiaan. Asas ini hendak menegaskan bahwa seseorang harus merasa satu dengan bangsanya dan di dalam rasa kesatuan tersebut tidak boleh bertentangan dengan rasa kemanusiaan.

Kelima, asas kemanusiaan. Asas ini hendak menegaskan pentingnya persahabatan dengan bangsa-bangsa lain. Manusia hendaknya menampilkan diri sebagai makhluk bermartabat luhur dan berdasarkan kesadaran itu pula ia berani menjalin dan memperlakukan sesama manusia dari bangsa mana pun dalam rasa cinta kasih yang mendalam.

Lalu apa kesamaan buah pikiran Ki Hadjar Dewantara dengan paradigm inkuri apresiatif?

Ada banyak kesamaan buah pikiran Ki Hadjar Dewantara dengan paradigma inkuri apresiatif, diantaranya:

1.    Inkuri Apresiatif menggunakan pendekatan kolaboratif berbasis kekuatan,  dengan menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki aset/inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan.  Dan Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa setiap anak akan hidup dan tumbuh dan berkembang aset/bakat dan minat positifnya yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, dan pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.

2.    Tujuan dari paradigma dari Inkuri Apresiatif adalah untuk mencapai kebahagian bersama, dan tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah juga bertujuan untuk mencapai kemerdekaan dan kebahagian.

Dan Bagaimana inkuiri apresiatif dapat mencapai visi guru penggerak?, Tentunya dengan menggunakan pendekatan kolaboratif bersama semua unsur warga sekolah dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk melakukan perubahan bersama yang berbasis kekuatan atau aset potensi yang dimiliki unsur-unsur dalam sebuah unit organinasai untuk mencapai visi atau harapan bersama, dengan tahapan-tahapan “BAGJA” (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan rencana, Atur Eksekusi)

Langkah-langkah kongkrit yang bisa kita lakukan dalam menerapkan BAGJA yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif adalah:

·         Menyusun rencana perubahan

·         Memahami kekuatan yang ada di sekolah, sebagai dasar untuk melakukan perubahan positif

·         Mengevaluasi hal-hal positif yang ada di sekolah

·         Berkolaborasi dengan stakeholders dan rekan sejawat

·         Dukungan dan motivasi dari seluruh stakeholders

·         Pendekatan psikologi positif.

Dari semua langkah yang kita susun kita harus mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam organisasi menjadi tidak relevan, karena semua aspek dalam organisasi fokus pada penyelarasan kekuatan, dengan satu tujuan yaitu mengatasi kelemahan

,

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

https://media.neliti.com/media/publications/12663-ID-konsep-pendidikan-ki-hadjar-dewantara-dan-tantangan-tantangan-implementasinya-di.pdf.

https://www.kompasiana.com/nenanurkaenah4323/5fb68b8dd541df51fd04a452/bagja-dan-paradigma-inkuiri-apresiatif?page=all

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL REFLEKSI PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

    PGP-1-Kabupaten Deli Serdang-Suharianto-Aksi Nyata Paket Modul 3 Nama Program “Samusaman” (Satu Murid Satu Tanaman) Oleh : Suharianto Di...